Entri Populer

Sabtu, 24 Desember 2011

SENDIRI karya SUPRIYADI

“Sendiri”
Di bawah sinar rembulan yang menyinari dengan sinarnya yang membawa ketenangan ia duduk mengahadap keluar jendela, diratapinya sebuah kenangan yang tak mungkin lagi bisa dirasa.
Semilir angin berhembus membelai dengan lembut setiap tubuh yang hanya terbalut oleh sebuah sweter rajutan yang sudah using namun selalu memberi sebuah kenangan yang sangat mengenang di hati .
Waktu itu tak kala sudah terbenam di pinggir pantai yang indah ombak yang datang silih berganti dengan perlahan menyentuh kaki ku , rasa dingin begitu terasa untuk menghangat kan tubuh ini ku erat kan sweter rajutan yang ku pakai .takjub yang kurasa membuat bibir ini berkata “laut yang kulihat di hadapan ku ini sangat lah tak terlihat jelas karena sudah tertutup oleh gelapnya malam namun ku tau bahwa lautan itu sangat luas dank u harap seluas cinta kita dan tak pernah terbatas” tiba tiba kata kata yang terucap dari bibir ini di balas “ dan ku harap luasnya lautan itu dapat membuat mu tenggelam dalam lautan samudra cintaku” .
Kata kata itu yang tak penah ku lupa , setiap ku mengingat kata kata itu tak terasa air mata ini jatuh dan membasahi sweter ini dan semakin ku memandang sweter ini semakin ku mengenang dia , orang yang sudah mampu membuat hati ini menjadi damai dan tentram.
Namun semua itu harus berakhir , waktu itu matahari baru saja menampakan dirinya dengan sinarnya yang memberi semangat , kuawali pagi itu dengan menyiapkan makanan dan lalu ku hantarkan makanan itu ke depan teras yang memliki pemandangan yang sangat indah yaitu sebuah pantai dengan pasir putih dan laut yang sangat jernih , lalu kami berbincang bincang tentang sebuah masa depan yang indah setelah berbincang cukup lama aku baru teringat bahwa hari ini adalah hari pernikahan kami yang ke 43 tahun , ya memang cukup lama kami menjalani pernikahan ini namun itu tak membuat kami menjadi bosan .
Setelah teringat tentang hari pernikahan kami, aku berfiran untuk memberikan sebuah hadiah yang sangat special untuknya lalu aku bergegas mengambil kuci mobil yang ada di dalam rumah dan kemudian ku ambil sweter yang dirajutnya yang diletakan di atas kursi kesayanganya itu. Setelah itu ku langkahkan kaki ini keluar rumah namun langkah ini di hentikan “ mau kemana’’ujarnya” tidak aku hany mau ke kota untuk membeli persedian makanan kita yang sudah habis “ jawabku, lalu tiba tiba ia berkata “ jangan pergi kemana mana, mungkin ini hari terakhir kita “ “ apa maksud mu” tanya ku” tidak , bukan apa apa” jawabnya “ ya sudah aku mau pergi sekarang takut tokonya sudah tutup” ucap ku” ya sudah hati hati ya” ucapnya.
Kata- kata yang di ucapkanya itu terus mengiang di fikiran ku  dan membuat hati ini menjadi tak tenang setiap mengenang kata kata itu .namun ku usahakan untuk menghiraukanya karena saat ini aku dalam keadaan sedang mengendarai sebuah mobil yang sudah tua . sesampainya di toko yang ku tuju ku langsung membeli sepasang cincin yang sangat indah meskipun cincin itu tidak bertahtahkan berlian yang mewah, cincin itu hanyalah terbuat dari emas saja . seusai bertransaksi aku bergegas menuju mobilku yang kuparkirkan di depan toko itu, saat ku hendak membuka pintu mobilku tiba tiba saja ada sebuah getaran kecil yang kurasakan namun ku hiraukan hingga sebuah getaran yang sangat besar hingga menjatuhkan sebuah tiang listrik dan papan nama toko yang berada di depan ku dan getaran itu ternyata sebuah gempa yang sangat besar ku jatuh kan diri ini ke jalanan dan kututupi kepala ini agar terhindar dari benturan dan serpihan kaca yang mungkin saja mengenai kepalaku ini.
Setelah beberapa menit gempa itu berlalu aku masih diam dan tak bisa berkata apa apa , namun tiba tiba aku terngiang oleh sebuah kata kata “jangan pergi kemana mana, mungkin ini hari terakhir kita” kata kata itu menghentaku hingga aku langsung berdiri dan bergegas ke dalam mobilku dank u tancap kan sekencang kencangnya menuju rumah ku, aku takut terjadi apa apa denganya .
Belum saja ku sampai dan tinggal beberapa kilo lagi saja ku hentikan mobil ini dengan mendadak, mata ini terpaku tak kala melihat semua yang berada di hadapanku itu hancur tersapu oleh air, tak kukira bahwa ternyata gempa tadi mebuat air menjadi tsunami yang sangat dahsyat hingga menghancurkan apa saja yang berada di hadapanya , tiba tiba kata kata itu datang lagi “jangan pergi kemana mana, mungkin ini hari terakhir kita” dan kata kata itu kembali menghentak ku dan membangunkanku dari keterpakuan ku itu, kularikan kaki ini karena mobilku tidak dapat melintas di jalanan yang sudah tertutup oleh puing puing yang berserakan di mana mana, sepanjang jalan ku lihat tubuh tubuh yang begeletakan dan penuh darah dan terkadang ku melihat tubuh yang tak utuh lagi , seakan tak terhiraukan kularikan kaki ini hingga menuju ke tepi pantai dan benar saja sebuah pemandangan yang tak kuharapkan terpapar jelas di hadapanku rumah yang menjadi kenangan terbesar ku itu hancur tak tersisa kulangkah kan kaki ini dengan hampa namun tiba tiba suara itu datang lagi “jangan pergi kemana mana, mungkin ini hari terakhir kita” dan kembali lagi menghentak ku , kularikan kaki ini menuju lahan bekas rumah ku itu ku cari ke setiap sudut namun tak ku temukan apa apa karena frustasi kulepaskan semua amamarahku itu dengan berteriak.

Berbulan bulan hingga bertahun tahun masih belum juga ku temukan jasad atau penanda bahwa ia masih ada , hingga akhirnya aku kini berada di sebuah panti sosial khusus korban bancana itu.
Kini setiap hari saat ku akan pejam kan mata ini ku selalu berdo’a agar dia selalu terkenang di hati ini jangan sampai terlupakan oleh ku hingga akhir hayat nanti, dan hanya sebuah sweter rajutan yang sengaja dibuatnya itu dan sepasang cincin yang selalu ku kenakan di badan ku dan cincin itu selalu ku kenakan di jari manis ku dan yang satunya lagi ku kenakan di jari manisku yang satu lagi  yang menandakan bahwa cinta kita takan terpisahkan seperti kedua tangan ini.
Karya
Supriyadi, 24 des,2011